pelajaran hidup bukan melulu diratapi
Kadang seseorang dalam menyikapi perjalanan hidup ada yang menaggapi dengan berbagai cara, ada yang biasa-biasa saja, ada yang terlalu optimis, ada yang “nrimo” alias alon-alon waton kelakon, hal ini banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor lingkungan, faktor ekonomi maupun latar belakang pendidikan dan masih banyak faktor lainnya. Sebenarnya kalau mau dirunut kilas balik sebenarnya pelajaran hidup dalam hal ini termasuk juga pengalaman-pengalaman buruk merupakan sebuah proses menuju sebuah pendewasaan. Karena untuk menjadi dewasa tidak dapat dipaksakan oleh individu itu sendiri untuk mengaku bahwa dirinya sudah dewasa tapi sebenarnya belum sama sekali baik dewasa secara fisik maupun dewasa secara mental dan spiritual. Seiring bergulirnya perkembangan masyarakat baik budaya dan tradisi serta lingkungan banyak kasus yang memaksa individu untuk dewasa sebelum waktunya. Dipaksa untuk menjalani kehidupan yang sebenarnya belum waktunya seperti anak-anak jalanan yang sudah dipaksa untuk berpikir layaknya orang yang lebih dari usianya bagaimana memikirkan makannya, memikirkan tidur dimana nanti malam, dal lain sebagainya. Sebuah intuisi untuk bertahan dan meyakini bahwa hidup harus tetap diperjuangkan adalah kata kuncinya. Karena apabila sebuah harapan dan angan-angan selalu ditanam dalam jiwa dan pikiran maka alam bawah sadar juga akan merefleksikan apa yang akan telah menjadi obsesinya.
Kadang seseorang dalam menyikapi perjalanan hidup ada yang menaggapi dengan berbagai cara, ada yang biasa-biasa saja, ada yang terlalu optimis, ada yang “nrimo” alias alon-alon waton kelakon, hal ini banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor lingkungan, faktor ekonomi maupun latar belakang pendidikan dan masih banyak faktor lainnya. Sebenarnya kalau mau dirunut kilas balik sebenarnya pelajaran hidup dalam hal ini termasuk juga pengalaman-pengalaman buruk merupakan sebuah proses menuju sebuah pendewasaan. Karena untuk menjadi dewasa tidak dapat dipaksakan oleh individu itu sendiri untuk mengaku bahwa dirinya sudah dewasa tapi sebenarnya belum sama sekali baik dewasa secara fisik maupun dewasa secara mental dan spiritual. Seiring bergulirnya perkembangan masyarakat baik budaya dan tradisi serta lingkungan banyak kasus yang memaksa individu untuk dewasa sebelum waktunya. Dipaksa untuk menjalani kehidupan yang sebenarnya belum waktunya seperti anak-anak jalanan yang sudah dipaksa untuk berpikir layaknya orang yang lebih dari usianya bagaimana memikirkan makannya, memikirkan tidur dimana nanti malam, dal lain sebagainya. Sebuah intuisi untuk bertahan dan meyakini bahwa hidup harus tetap diperjuangkan adalah kata kuncinya. Karena apabila sebuah harapan dan angan-angan selalu ditanam dalam jiwa dan pikiran maka alam bawah sadar juga akan merefleksikan apa yang akan telah menjadi obsesinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.