Minggu, 16 Januari 2011

DEFINISI ACCOUNTING (AKUNTANSI)

Akuntansi berkenaan dengan penyediaan informasi perihal berbagai kegiatan ekonomi dari berbagai entitas ekonomi (disebut pula entitas akuntansi), mulai dari perusahaan biasa sampai dengan satu perekonomian nasional secara keseluruhan atau negara. Dalam pengertiannya yang tradisional, akuntansi hanya ditujukan bagi unit-unit ekonomi kecil. Ada dua istilah yang perlu dibedakan di sini, yakni akuntansi keuangan (financial accounting) dan akuntansi manajemen (management accounting). Akuntansi keuangan khusus menyangkut penyediaan informasi keuangan bagi mereka yang tidak langsung terkait (pemilik saham, kreditor) atau pihak-pihak lain yang turut berkepentingan namun tak terlibat langsung dalam operasi perusahaan (misalnya serikat pekerja atau kelompok konsumen). Bentuk sajian informasinya sendiri biasanya adalah sebuah neraca keuangan (paparan tentang segenap aktiva dan pasiva pada titik waktu tertentu) dan laporan laba-rugi (pernyataan tentang pendapatan, pengeluaran dan laba selama periode/kurun waktu tertentu), serta sejumlah catatan dan dokumen penunjang. Di sebagian besar negara, bentuk laporan akuntansi keuangan bagi perusa-haan dibakukan melalui peraturan resmi, dan isinya harus diperiksa dan disahkan oleh auditor independen. Di sejumlah negara, standar-standar akuntansi juga diseragamkan oleh asosiasi profesi akuntan resmi, atau oleh suatu lembaga. Ketimpangan teknis yang akan mengakibatkan asimetri informasi antara penyedia dan pemakai informasi itu. Tanpa pemeriksaan seperti itu, kejujuran dan akurasi laporan akan dipertanyakan, karena selalu ada godaan kuat bagi pihak penyusun untuk membuatnya sedemikian rupa sehingga tidak mencerminkan kenyataan, namun lebih sesuai dengan kepentingannya sendiri. Ada pun akuntansi manajemen adalah penyediaan inforrnasi bagi pihak pimpinan atau manajemen di suatu unit ekonomi, untuk membantu mereka mengadakan perencanaan, pembuatan keputusan, dan pengawasan. Karena perencanaan dan pembuatan keputusan itu terkait erat dengan masa depan, maka laporan akuntansi manajemen ini sering memuat proyeksi-proyeksi bagi masa mendatang yang lazim disebut anggaran (budget). Beberapa di antaranya yang terpenting adalah anggaran modal (capital budgeting) yang menilai investasi di masa depan, dan anggaran kas (cash budgeting) yang memperkirakan arus masuk dan arus keluar kas (cash inflows and outflows) serta berbagai implikasinya bagi operasi bisnis. Akuntansi manajemen juga berkaitan dengan pengawasan dan penilaian atas hasil-hasil realisasi anggaran atau rencana-rencana terdahulu. Dari analisis ini pimpinan dapat menganalisis biaya, serta mengukur efektivitas serta efisiensi operasi perusahaannya, baik itu per sub-unit, atau secara keseluruhan. Karena kebutuhan informasi bagi pihak manajemen ini berbeda-beda sesuai dengan jenis kegiatan, ukuran dan struktur manajemen dari setiap unit ekonomi, dan karena tidak ada peraturan yang membakukannya serta tidak ada auditnya pula, maka bentuk laporan dan juga teknik serta prosedur penyusunan akuntansi manajemen ini sangat bervariasi. Pihak manajemen memiliki kontrol langsung terhadap sistem informasi di perusahaannya, sehingga peraturan yang rneng-awasi praktek akuntansinya tidak begitu penting. Namun dalam perusahaan atau organisasi yang sangat besar, asimetri informasi antarbagian mudah terjadi dan peluang penyelewengan informasi yang menguntungkan salah satu sub-unit sembari merugikan yan lain (misalnya saja antara kepala cabang dengan pejabat di kantor pusat) cukup besar sehingga sistem audit internal, dalam kasus ini, harus diadakan. Baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen bertumpu pada suatu sistern

Pembukuan tertentu yang mencatat berbagai data penting mengenai transaksi yang dilakukan oleh unit ekonomi yanq bersangkutan. Sejauh mana keduanya dapat didasarkan pada catatan-catatan yang sama, sangat tergantung pada lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan/ organisasinya, serta kehendak pihak manajemennya. Namun semua sistem akuntansi pada dasarnya memiliki beberapa aturan atau prinsip yang sama. Yang utama adalah prinsip pencatatan ganda (double-entry bookkeeping). Atas dasar prinsip ini, semua transaksi harus dicatat dua kali, sekali sebagai debet dan sekali sebagai kredit guna menyeimbangkan keseluruhan neraca. Logikanya adalah, setiap transaksi bisa dipandang sebagai debet (penambahan nilai aset), atau sebaliknya sebagai kredit (pengurangan aset). Misalnya utang. Ini menambah kredit, karena memperbesar kewajiban pembayaran bagi pemilik kepada pihak luar, namun sekaligus memungkinkan pemilik menambah kapasitas produksinya. Kebiasaan ini bermula dari praktek pencatatan para pedagang di Italia di abad kelimabelas. Prinsip ini tetap berlaku, meskipun pembukuan sudah dilakukan dengan komputer yang memakai format matriks (tidak lagi dua halaman terpisah seperti pada pembukuan tradisional). Keseluruhan sistem akuntansi dibuat sedemikian rupa untuk mencegah penyelewengan dan kealpaan, dan ini merupakan aspek yang sangat penting bagi para akuntan. Secara tradisional, orientasi akuntansi dipusatkan pada pencatatan setiap transaksi atas dasar biaya historisnya, atau dalam satuan dan harga ketika transaksi itu sendiri terjadi. Jadi, setiap aktiva/aset akan dicatat sesuai dengan harga pembayarannya. Namun tekanan inflasi dan perubahan harga yang kian sering terjadi dewasa ini memaksa dilakukannya peninjauan kembali atas relevansi dan kegunaan biaya his-toris tersebut. Karena itu pula akuntansi inflasi (inflation accounting) kini kian penting. Diusul-kan agar biaya-biaya historis itu ditinjau secara berkala agar lebih mencerminkan nilainva vang tengah berlaku, serta dikaitkan dengan indeks harga umum agar dapat pula mencerminkan dampak inflasi terhadap nilai unit moneter (uang) yang dipakai sebagai satuan hitungan. Himbauan ini lebih ditujukan pada akuntansi keuangan, namun diharapkan pula dapat diterapkan pada akuntansi manajemen.

Praktek-praktek dan prosedur akuntansi keuangan belakangan ini semakin dituntut agar lebih transparan karena masyarakat luas kini juga merasa perlu mengetahui operasi bisnis unit-unit ekonomi tertentu, khususnya organisasi atau perusahaan yang dibiayai oleh uang publik dan pemerintah. Ada pula desakan agar yang dihitung nilainya bukan cuma benda-benda mati saja, melainkan juga sumber daya riset dan surnber daya manusia, yang perannya sebagai instrumen pencetak laba jelas tidak kalah pentingnya dengan alat-alat produksi fisik. Bahkan ada pula tuntutan agar aset dan peran suatu unit ekonomi bagi pelestarian lingkungan dan kepentingan sosial juga dihitung. Sementara itu, akutansi di sektor publik dan organisasi-organisasi nirlaba juga lebih diperhatikan. Kemajuan terakhir dalam akun-tansi manajemen, yang ditunjang oleh teknologi komputer, juga mencakup penyempurnaan metode statistik dan matematika riset operasional, serta berbagai simulasi canggih lainnya guna mendukung proses pembuatan keputusan. Kemajuan ini dibarengi pula dengan meningkatnya perhatian terhadap aspek-aspek perilaku. Sebagai contoh, belakangan ini telah diselenggara-kan serangkaian penelitian mengenai respon manusia terhadap angka-angka anggaran dan berbagai target yang ditetapkan oleh para akuntan manajemen. Bidang akuntansi secara keseluruhan sekarang ini tengah mengalami perkembangan pesat. baik dalam riset maupun prakteknya.

Menambah investasi dalam rangka memper-besar kapasitas output. Itu memang salah satu motif pokok investasi, namun dalam prakteknya perilaku para investor juga sering dipengaruhi oleh aneka faktor lainnya seperti perubahan perkiraan, adanya teknologi baru, dan sebagai-nya. Jadi, konsep akselerator ini hanya menje-laskan sebagian nnotif investasi yang tentunya tidak bisa diandalkan untuk memahami total investasi yang tercipta. Lagipula, argumen inves-tasi atas dasar kapasitas output seperti ini hanya bertut-npu pada model stok modal optimal. Untuk mengetahui arus atau perkembangan investasinya, kita masih memerlukan penerapan koefisien yang sesungguhnya hanya bisa dibenarkan untuk kasus-kasus tertentu seperti dalam kajian kondisi penawaran investasi barang industri, atau dalam kasus perkiraan investasi tertentu. Tanpa didu-kung oleh asumsi-asumsi tambahan seperti itu, maka kita hanya bisa mengatakan bahwa I bisa lebih besar atau lebih kecil dari 0, tergantung pada apakah K lebih besar atau lebih kecil dari Kt-t. Jadi, prinsip akselerator hanya akan berman-faat jika dipadukan dengan konsep penggandaan (multiplier) yang model-modelnya telah banyak dikembangkan guna memahami dinamika ekonomi. Masalahnya adalah, meskipun model-model itu dapat dipakai untuk memahami sebab-musabab terjadinya fluktuasi siklikal (berulang-ulang), penerapan konsep V memunculkan taksiran instabilitas ekonomi yang luar biasa besamya, dan tentu saja tak sesuai dengan kenya-taan sehari-hari. Kelemahan ini dapat diatasi dengan memadukan akselerator (V) itu dengan sejumlah determinan investasi yang lazirn dipakai dalam model-model yang lebih umum, atau dengan penetapan "batas atas'' dan "batas bawah” fluktuasi pendapatan dalam perhitungannya agar meredam interaksi berlebihan antara akse-lerator dan rnultiplier. Namun terlepas dari kelemahan itu, model-model umum akselerator telah terbukti berguna sebagai basis penyelidikan empiris terhadap perilaku investasi.

Title Post:
Rating: 100% based on 99998 ratings. 99 user reviews.
Author:

Terimakasih sudah berkunjung di blog SELAPUTS, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

  © Blogger template Noblarum by Ourblogtemplates.com 2021

Back to TOP  

submit to reddit