Setiap masyarakat memiliki, sampai batas-batas tertentu, dua unsur organisasi usia. Yaitu usia itu sendiri dan prinsip-prinsip yang mengatur senioritas dalam tiap keluarga, seperti urutan kelahiran dalam sistem kekerabatan dan perbedaan generasi. Dalam kebanyakan masyarakat pra-industri, posisi atau urutan dalam keluarga menentukan status, dan usia hanya menjadi faktor penentu manakala terdapat perbedaan usia yang cukup jauh. Akan tetapi, di wilayah-wilayah tertentu, khususnya di antara para lelaki di Afrika Timur, usia merupakan prinsip pokok dalam organisasi sosial. Seseorang mulai diakui beranjak sebagai remaja akil-balik setelah diinisiasi secara bersama untuk memasuki era kedewasaan dan sama-sama dipersatukan oleh ikatan itu sepanjang sisa usia mereka. Karena jenjang usia diatur oleh kendali di luar keluarga, maka hal ini men-cegah persaingan yang mungkin timbul antara para lelaki dalam satu keluarga. Terlepas dari hal itu, ketidaksesuaian antara usia dan senioritas generasi juga penting dan menjadi sumber petunjuk penting untuk menggali organisasi usia dalam konteks sosial yang lebih luas: dalam kasus ekstrim hal ini semestinya digambarkan secara lebih akurat sebagai sistem generasional ketimbang sistem usia. Dengan kalimat lain, organisasi usia harus dipandang sebagai semacam kaidah yang dengan suatu cara membentuk anomali-anomali yang membalikkan sistem kekerabatan. Tidak ada organisasi usia yang bisa dipelajari secara memuaskan jika dipisahkan dari konteks sosialnya yang lebih luas; sehingga banyak pemakai sistem analisis semacam itu, yang secara tersirat mengatakan bahwa sifat sistem itu adalah mandiri dan jelas dengan sendirinya, ternyata tidak mampu menjelaskan banyak, sementara mereka yang berusaha untuk mencari kaitan-kaitan dari sistem usia tersebut tidak bisa tidak. Dan orang yang lebih tua terjadi pergeseran terus-menerus dan dinamis, dan para pemuda memiliki kepentingan jangka panjang akan status-quo yang tidak dimiliki oleh para wanita dalam masyarakat yang didominasi kaum pria.
Yang dipersoalkan bukan bisa-tidaknya mereka mengambil-alih posisi yang lebih tua, melainkan kapan dan dengan cara seperti apa. Mereka harus memberanikan diri menunjukkan kegagahan mereka, namun mereka juga harus menjaga jangan sampai secara terang-terangan merusak sistem, sehingga melemahkan sistem geronto-krasi itu dan merusak reputasi mereka sendiri manakala mereka menjadi orang yang lebih tua kelak. Di alam binatang, si jantan yang paling kuat fisiknya akan menguasai betina-betina yang ada di kumpulan itu. Dalam budaya geronto-kratik ada semacam pergantian pada lelaki-lelaki yang sudah habis kekuatan fisiknya. Mereka penganut poligami, sehingga para pemuda harus menunggu dalam masa bujangannya. Organisasi usia, yang kerap bertumpu pada ritual dan nilai-nilai moral, menciptakan suatu sistem di mana orang yang lebih tua harus memegang kontrol, dan hal tersebut memang harus dilakukan kalau mereka ingin mempertahankan posisi dan segenap keistimewaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.