Dalam bahasa Jerman Entfremdung sering juga disebut perenggangan (estrangment). Ini merupakan kategori psikologis, sosial atau filosofis-antropologis yang terutama diturunkan dari tuIisan-tulisan Hegel, Feurbach dan Marx. Dalam tulisan Hegel (1971 [1807]), kita menemukan klaim bahwa wilayah Jiwa, dalam tahap sejarah tertentu, terpecah menjadi dua bagian: wilayah dunia nyata yang merenggangkan diri, dan wilayah kesadaran murni yang, dalam ungkapan Hegel, sekedar bentuk lain dari perenggangan yang sama. Dalam keadaan ini, kesadaran diri berada dalam perpecahan mutlak; kepribadian terbelah menjadi dua. Di sini kita mendapatkan perenggangan menyeluruh antara realita dan pemikiran. Alienasi ini hanya teratasi bila pembedaan antara Alam dan Jiwa bisa dihilangkan — dimana Jiwa menjadi 'terbebas dari diri' dan dengan sendirinya tereksternalisasi.
Falsafah sejarah yang masif, obyektif, dan idealis ditentang oleh Feurbach (1936 [18411) yang menempatkan kritik Hegel persis di pusat penolakan atas konsepsi lama mengenai proses alienasi. Feurbach bukannya mengambil 'pemisahan' antara subyek dan obyek sebagai mitologi filosofis, melainkan menyatakan bahwa pemisahan ini mengabsahkan status alienasi palsu' dalam karya Hegel. Karena manusia itu riil, Tuhan merupakan proyeksi dari khayalan: kesadaran akan Tuhan adalah kesadaran-diri manusia , persepsi akan Tuhan merupakan persepsi-diri manusia'. Alam juga bukan bentuk alienasi-diri dari Jiwa Mutlak. Akan tetapi acuan kepada alie-nasi 'palsu' dalam Hege) mengisyaratkan adanya sesuatu bentuk alienasi yang 'sejati' — yakni yang benar-benar eksis atau operatif. Feurbach juga meyakini adanya bentuk sejati itu; lantaran ini-lah satu-satunya cara kontak dengan obyek-obyek yang dihasilkan manusia — dan memisahkannya dari diri orang itu — sehingga ia dapat menjadi benar-benar sadar akan keberadaan dirinya. Marx (1975 [1844]) tampaknya tidak sepakat. Ia berpendapat bahwa manusia bisa membuktikan dirinya sebagai seorang makhluk yang sadar hanya dengan menciptakan obyek-obyek lewat aktivitas praktikalnya. Tetapi, di bawah kapitalisme, obyek-obyek yang diciptakan buruh manusia datang kepadanya sebagai sesuatu yang asing. Maka produk dari buruh diubah menjadi suatu
obyek asing yang menjalankan kekuasaan terhadap orang itu', sementara aktivitas pekerja menjadi aktivitas yang asing pula. Marx menambahkan bahwa dengan demikian makhluk manusia menjadi makhluk yang asing bagi diri-nya, yang terpisah dari aspek kemanusiaannya, dan manusia pun dengan begitu terpisah dari manusia. Tulisan-tulisan awal Marx tersebut termasuk dalam 1884 Manuscripts, ditemukan (kembali) pada tahun 1930-an. Dengan penemuan itu, beberapa dari tema di dalamnya, termasuk ‘alienasi', mulai masuk ke dalam tulisan-tulisan politik, sosiologi, dan filsafat pada periode selanjutnya, termasuk ke dalam karya-karya yang berkarakter non-Marxis. Teori alienasi di jalur ilmu psikologi juga dapat dilihat, paling tidak sebagian, sebagai turunan pemikiran Hegel (lihat di atas). Konsepnya pun, sudah barang tentu memiliki semacam aspek etis: alienasi umumnya disadari (dari mana pun teori itu diturunkan) sebagai hal yang buruk. Bahkan alienasi dianggap sebagai (Sargent 1972) kondisi umum atau bahkan dominan dari kehidupan kontemporer'. Ada segudang literatur yang memakai istilah ini (lihat Josephson dan Josephson 1962). Lukes (1967) secara jelas telah mengidentifikasi perbedaan mendasar antara dua konsep yang sering dicampuradukkan ini: alienasi dan anomi—yang diperkenalkan Emile Durkheim. Bagi Durkheim, masalah manusia anomi adalah bahwa ia butuh (tapi tidak mendapatkan) aturan-aturan hidup, yang menjadi batas bagi keinginan-keinginan dan pemikiran-pemikirannya. Masalah yang dikemukakan Marx sifatnya bertolak-belakang: manusia terjebak dalam sistem yang tidak memungkinkan ia lari. Althusser (1969 [1965]) menyusun semacam kritik yang bertenaga terhadap penggunaan istilah alienasi oleh pemuda Marx, di mana ia menegaskan bahwa alienasi adalah sebuah kategori metafisis yang diabaikan Marx dalam karya-karyanya kemudian. Akhirnya perlu dicatat bahwa istilah yang sama muncul juga dalam tulisan Lacan (1977 [1966]), dalam konteks teorinya tentang 'tahap bercermin' dalam perkembangan anak-anak. Tahap ini membangun hubungan awal antara organisme dan lingkungannya, melalui fragmentasit dari tubuh. Kedengarannya ini seperti semacam versi materialis dari pemikiran Hegel tentang pembelahan kepribadian; dan Lacan sendiri memang dipengaruhi oleh analisis Hegel. Menu-rut Lacan di sinilah, dalam hubungannya dengan subyek manusia dan bahasa, bisa ditemukan lalienasi paling dahsyat dari subyek dalam peradaban kita yang ilmiah ini'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.