Konklusi atau hasil dari inferensi praktis adalah sebuah tindakan. Dari perspektif pengamat, pilihan atas cara-cara yang tersedia untuk mencapai tuiuan merupakan alasan yang menielaskan tindakan itu. Penielasan tersebut juga mengandung relevansi prognostik, sebab konteks institusional dan normatif memastikan bahwa niat dan keyakinan itu tetap stabil dan direproduksi secara reguler. Tetapi karena kita tidak mungkin mengabaikan kemungkinan bahwa aktor mengubah niatnya, atau lupa cara terbaik untuk melakukan sesuatu' atau secara tak terduga menemukan cara lain untuk memecahkan masalah, maka hubungan antara niat dan keyakinan dengan perilaku dimasa depan adalah hubungan sementara(contingent). Namun, kita hanya dapat mengidentifikasi perilaku tertentu sebagai sebuah tindakan spesifik apabila kita berhasil dalam menginterpretasikannya, sesuai perspektif dari pelakunya, sebagai konsekuensi dari niat dan keyakinan yang dapat dipahami secara rasional. "Menginterpretasikan perilaku sebagai tindakan yang diniatkan berarti memahaminya dari sudut pandang yang memiliki niat itu". Perspektif pelaku, dan hanya perspektif itu, mengungkapkan hubungan logika semantik yang sama antara niat dan tindakan. Bagi aktor pelaku' konklusi praktis berarti kewaiiban untuk melakukan tindakan di masa datang. Tidak ada jaminan empiris bahwa seseorang yang berlanji untuk datang tepat waktu akan menepati janjinya itu, tetapi seseorang yang sudah memberikan janji itu harus meminta nraaf jika ia tak datang tepat pada waktunya. Dalrm kcadran normal, seseorang yallg telah berjanji datang tepat waktu diperkirakan sangat mungkin akan tiba tepat waktu karena ada banyak bukti ianii yang ditepati; perkiraan ini lebih didasarkan pada fakta bahrva kita biasanya dapat saling percaya. Pihak lain mungkin akan tiba tepat waktu karena kesepakatan janji itu punya alasan yang valid yang bersifat timbal balik (reciprocal). Lni bukan hubungan empiris dan sementara antara niat dan aktivitas tetapi merupakan hubungan logis-pragmatis. Kita mengetahui keseriusan suatu niat berdasarkan konsekuensi dari niat itu; kita menyebut orang yang tidak melaksanakan apa-apa yang dikatakann)'a, atau yang ingin dilakukannya padahal dia dapat dilakukannya, sebagai orang yang munafik atau tak konsisten lincottsistentJ. Ini sama dengan kasus seseorang vang menegaskan bahwa salju semuany'a putih ,/art semuanya hitam. Kita bisa menduga niat yang lemah adalah penvebab dari tindakan yang tak konsisten. dan kita mr.rngkin juga menyimpulkan bahrr'a seseorang yang mengatakan sesuaru vang kontradiktif tanpa didasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.