Mode Produksi Asiatis merupakan sebuah konsep yang banyak diperdebatkan dalam ilmu sosial Marxis. Dalam tulisan Marx dan Engels (1955; 1970 [1845-61), diskusi tentang bentuk-bentuk Asiatis muncul berulang-kali namun nyaris tidak pernah berbarengan dengan istilah ‘mode of production', sebuah konsep yang belum sistematis hingga meninggalnya Marx. Lebih jauh, mereka menggunakan istilah ini untuk dua fenomena yang agak berlainan. Dalam artikel-artikel suratkabar di India, konsep ini muncul dan mengelaborasi gagasan lama dari abad delapanbelas dan sembilanbelas, Despotisme Timur', dalam versi yang lebih bersifat ekonomis. yang mengacu pada kerajaan-kerajaan besar Asia dan organisasi politiknya yang kompleks. Dalam bagian yang cukup terkenal dari Grundisse der Kritik der Politischen Okonomie (1857-8), yang disebut dalam Pre-Capitalist Economic Formations (1964), konsep ini digunakan untuk menandai bentuk paling primitif dari masyarakat negara di mana pengumpulan hasil dari masyarakat pertanian swasembada dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi, sebagai wakil teokratis dari unit kolektivitas yang lebih tinggi dari masyarakat primitif itu alam yang disakralkan, dewa atau nenek-moyang. Tak jauh berbeda, eksploitasi ekonomi hanyalah perluasan dari suatu potensi yang sudah ada dalam masyarakat primitif: "Surplus tenaga kerja menjadi hak komunitas yang lebih tinggi, yang pada tingkat tertinggi muncul sebagai seorang tokoh' (Marx 1964). Versi Despotisme Timur dari konsep Mode Asiatis mendominasi perkembangan pemikiran pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Kerajaan-kerajaan Asia dipandang sebagai masyarakat yang mandek yang clikuasai oleh suatu kelas Negara yang sepenuhnya mengendalikan tanah dan pekerjaan-pekerjaan irigasi supra-lokal, namun dengan basis ekonomi terdiri dari komunitas desa-desa yang amat sedikit berhubungan satu sama lain dan mendukunq kelas-negara melalui pajak dari surplus produksi mereka. Dengan munculnya formalisasi materialisme-historis dalam karya Engels dan dokumen Intemasional Kedua (Kautsky, Plekhanov), konsep ini menjadi kian terjalin dengan eksploitasi yang lebih bersifat tekno-ekologis. Kecenderungan ini mencapai puncaknya dalam karya berikutnya dari Wittfogel dan akhimya muncul dalam hipotesis hidraulik, yang menempatkan hubungan antara keperluan ekologis akan irigasi berskala besar dan munculnya mesin negara yang bersifat despotis-birokratis (Wittfogel 1957). Mode Asiatis tidak saja menjadi konsep yang sangat didukung oleh eselon-eselon atas masyarakat pasca revolusi Soviet karena alasan-alasan yang jelas, dan Wittfogel maupun Mode Produksi Asiatis dikeluarkan dari dokumen Internasional Ketiga, yang merancang revolusi di Cina dan tidak cocok dengan pemikiran bahwa Asia pada dasarnya berbeda dengan Barat, bahwa ia memiliki mode produksi yang stagnan, atau bahwasanya birokrasi dapat dengan seenaknya menentukan kelas yang berkuasa. Karya Wittfogel besar pengaruhnya pada neo-evolusionisme Amerika (Steward 1955), namun diskusi teoritis tetang Mode Produksi Asiatis tidak muncul lagi hingga akhir 1950-an dan 1960-an, setelah Kongres Keduabelas Partai Komunis secara resmi membuka kembali debat Marxis.
Diskusi bermula dari Eropa Timur dan kemudian menyebar ke Paris, di mana konsep ini memainkan peran utama dalam perkembangan teori struktural Marxis pada umumnya, dan khususnya antropologi (Althrusser dan Balibar 1969 [1965; Godelier 1969). Diskusi baru ini terutama didasarkan pada karya Marx Pre-Capitalist Economic Formations dan berfokus pada masalah awal pembentukan negara pada umumnya, hubungan antara bentuk-bentuk komunal primitir dan pembentukan kelas', simbolisme kekuasaan negara dan teokrasi, dan kekhususan bentuk-bentuk sosial Asiatis' .
apa itu Mode Produksi Asiatis (Asiatic Mode of Production)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.