Pada tahun 1929, setelah sekian lama dirancang, jurnal Annales d'historie economique et sociale diterbitkan untuk pertama kalinya oleh dua sejarawan di Universitas Strasbourg, yakni Lucien Febre dan Marc Bloch. Jurnal itu mereka buat karena mereka tidak suka pada cara mempelajari sejarah di Perancis dan di tempat lainnya dan ingin memberi semacam alternatif. Mereka memandang bahwa para sejarawan kolot terlalu menekankan pada peristiwa-peristiwa, terlalu bersifat politik dan terlalu terpisah dari disiplin-disiplin ilmu lain yang sebenarnya punya hubungan dekat dengan sejarah. Dalam ikhtiar mereka membangun ilmu sejarah yang totar (total dalam pengertian memperhatikan segenap sisi kehidupan manusia, bukan dalam arti ingin mencakup segenap rinciannya), julukan yang kemudian melekat pada mahzab ini, Febre dan Bloch berkutat menyusun daftar kolaborasi para pekerja ilmu sosial. Mereka berdua menga-gumi karya Paul Vidal de la Blache dalam geografi manusia, dan tertarik pada gagasan-gagasan Lucien Levy-Bruhl tentang mentalitas primitif. Bloch juga terilhami oleh perhatian Durkheim terhadap masyarakat dan pada metode perbandingannya. Terbitan pertama Annales memuat ulasan mengenai ahli geografi Albert Demageon, ahli sosiologi Maurice Halbwachs dan ilmuwan politik Andre Siegfried. Gerakan pembaruan yang dikaitkan dengan jumal ini bisa dibagi menjadi tiga fase. Fase per-tama (kira-kira sampai tahun 1945), skala gerakannya kecil, radikal dan subversif. Namun setelah Perang Dunia Kedua, para pemberontak ini mengambil-alih posisi mapan dalam ilmu sejarah. Febre menjadi presiden Ecole Pratique des Hautes Etudes baru yang bersifat interdisipliner. Ia tetap menjadi editor Annales, Societes, Civilisations, hingga 1946, dan dengan demikian memperluas cakupannya hingga isejarah berba-gai mentalitas yang dipraktekkan Febre dalam karyanya tentang Reformasi. Ia dibantu oleh Fernand Braudel, yang terkenal berkat tesis doktornya tentang The Mediterranean and Mediterranean World in Age of Philip II (1949). Braudel mendominasi generasi kedua gerakan ini, yang sesungguhnya merupakan semacam `mahzab' dengan konsep-konsep dan metode-metode yang lain sama sekali. Braudel sendiri menekankan pentingnya geografi sejarah jangka-panjang (la launge duree) dan budaya material (civilization materielle). Pierre Chaunu menekankan metode kuantitatif (l'histoire serielle), khususnya dalam studinya yang luas tentang perdagangan antara Spanyol dan Dunia Baru.
Pierre Goubert, bekas mahasiswa Bloch, menyatukan demografi sejarah baru, yang dikembangkan Louis Henry, menjadi sebuah studi komunitas sejarah tentang wilayah Beauvais. Robert Mandrou tetap dekat dengan Febre dan sejarah berbagai mentalitasnya'. Fase ketiga dalam gerakan ini dimulai pada tahun 1968 (tahun terjadinya peristiwa-peristiwa politis yang menandai balas dendam mereka kepada para sejarawan yang menentang mereka). Terhadap krisis politik itu, Braduel mengambil sikap untuk mundur dan mempercayakan jurnalnya kepada orang yang lebih muda, yakni Emmanuel Le Roy Ladurie. Le Roy Ladurie memperoleh reputasi melalui karyanya The Peasants of Languedoc (1966), sebuah sejarah total yang dibangun dengan konsep-konsep Braudel, yang sedapat mungkin menggunakan metode-metode kuantitatif, dan bergerak dari gudang ke loteng (para-para)', berdasarkan pendekatan sejarah berbagai mentalitas' dan antropologi sejarah, sebagaimana karyanya yang paling laris tentang perkampungan abad empat-belas, Mon-taillou (1975). Pada tahun 1980-an terjadi perpecahan pada mazhab sebelumnya, yang dalam segala hal begitu berpengaruh di Perancis sehingga kehilangan kekhasannya. Ia sekarang bersifat ‘mazhab' hanya bagi para pengagum luar dan kritikus dalam negeri, yang terus menghantam sikapnya yang meremehkan pentingnya peristiwa-peristiwa politik. Sejumlah anggota kelompok Annales, khususnya Le Roy Ladurie dan Georges Duby, seorang ahli abad-pertengahan, yang seperti Ladurie suka bergerak dari sejarah pedesaan menuju sejarah berbagai menta-litas' , dewasa ini berkutat untuk mengintegrasikan politik maupun peristiwa-peristiwanya ke dalam pendekatan mereka, dan untuk menyajikan narasi, disamping juga analisis. Tokoh lain, khususnya Jaques Le Goff, Roger Charti dan Jean Claude Schmitt, telah mengembangkan pendekatan baru terhadap sejarah budaya, dalam pengertian yang luas, termasuk sejarah ritual-ritual, sikap tubuh dan cara membaca. Karena Braudel memiliki semacam hubungan quasi-filial dengan Febre dan hubungan quasi-paternal dengan Laudri, pengembangan gerakan Annales menjadi sebuah mahzab dan perpe-cahannya menjadi kelompok-kelompok yang lebih terorganisir agaknya bisa ditafsirkan sebagai suksesi dari generasi ketiga. Ini juga menggambarkan proses siklus di mana para pemberontak menjadi orang-orang mapan dan selanjutnya menjadi pemberontak lagi. Namun jurnal ini dan orang-orang yang dikaitkan dengannya masih menawarkan contoh paling awet dari interaksi yang penuh manfaat antara sejarah dan ilmu sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.