Konsep kebutuhan dasar telah memainkan peran besar dalam menganalisis kondisi-kondisi di negara miskin belakangan ini. Dalam laporan yang dikeluarkan badan-badan intemasional, istilah ini memiliki riwayat panjang (lihat misalnya Drewnowski dan Scott 1966). Istilah ini mulai dipakai secara luas sejak Konferensi Tenaga Kerja Dunia ILO yang dilangsungkan di Jenewa pada 1976, di mana istilah ini muncul secara resmi. Kebutuhan-kebutuhan dasar memiliki dua unsur: Pertama, kebutuhan-kebutuhan dasar meliputi jumlah minimum tertentu yang dibutuhkan oleh suatu keluarga untuk konsumsi pribadi: makanan, perumahan dan sandang yang layak serta perabot dan peralatan rumah tangga. Kedua, kebutuhan-kebutuhan dasar juga meliputi layanan-layanan pokok yang disediakan oleh dan untuk komunitas secara keseluruhan, seperti air minum yang aman, sanitasi, angkutan umum dan kesehatan, pendidik-an dan fasilitas-fasilitas budaya. Konsep kebutuhan dasar hendaknya diletakkan dalam sebuah konteks pembangunan ekonomi dan sosial sebuah negara.
Seyogyanya konsep ini tidak disamakan begitu saja dengan kebutuhan minimum yang diperlukan untuk hidup secara subsisten; ia harusnya diletakkan dalam konteks kemerdekaan nasional, harga diri perseorangan dan masyarakat dan kebebasan mereka menentukan nasib tanpa dirintangan. Gagasan ini telah memainkan peran besar dalam berbagai rencana nasional (Iihat misalnya Ghai et.al 1979) dan dalam laporan-laporan internasional (lihat misalnya Brandt 1980; UNESCO 1978). Istilah ini tidak diragukan lagi merupakan perluasan dari konsep subsisten, gagasan yang lebih tua di mana keluarga-keluarga ditanya tentang jumlah pendapatan mereka cukup memenuhi syarat-syarat minimum untuk mempertahankan efisiensi fisik (Rowntree 1901). Akan tetapi, rumusan kebutuhan dasar berbeda-beda, khususnya sejak adanya penekanan baru mengenai fasilitas-fasilitas minimum yang diperlukan komunitas lokal. Lebih jauh, kebutuhan-kebutuhan populasi dianggap tidak cukup lagi didefinisikan hanya dengan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan fisik individu-individunya saja dan harus melibatkan syarat-syarat fisik serta layanan yang jelas-jelas dibutuhkan komunitas lokal. Penguraian atas kebutuhan ini bergantung pada beberapa asumsi mengenai berfungsinya dan berkembangnya masyarakat. Harapan-harapan sosial yang berkembang pada masyarakat negara-negara berkembang yang sedang membangun acapkali tidak begitu diakui. Kemiskinan dan deprivasi tak proporsional yang dialami oleh kelompok-kelompok tertentu, etnik minoritas, wanita, orang lanjut usia, anak-anak dan orang-orang cacat di negara-negara semacam itu tidak cukup diperhatikan dalam rumusan terdahulu.
Konsep kebutuhan dasar diakui memang mendapat tempat penting dalam perdebatan yang berlangsung mengenai hubungan antara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. Semakin diakui aspek-aspek sosial dari konsep itu, semakin perlu pula diakui relativitas kebutuhan atas sumber-sumber daya dunia dan nasional. Semakin konsep itu dibatasi kepada barang-barang dan fasilitas-fasilitas fisik, semakin gampang orang berpendapat bahwa yang diperlukan adalah pertumbuhan ekonomi saja, bukannya kombinasi yang kompleks dari pertumbuhan, pemerataan dan penataan perdagangan dan hubungan-hubungan institusional lainnya.
kajian lebih tentang kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.