Senin, 24 Januari 2011

TIPS DAN CARA TERAPI TINGKAH-LAKU YANG EFEKTIF (THERAPHY)

Gerakan yang kemudian terkenal dengan nama terapi tingkah-laku (atau modifikasi tingkah-laku) muncul tak lama sesudah Perang Dunia Kedua, dan bermula dari AS, Inggris dan Afrika Selatan. Di Inggris, terapi tingkah-laku berkembang terutama karena ketidakpuasan atas peran tradisional ahli psikologi klinis yang bekerja dengan model kedokteran yang menghubungkan penyakit mental dengan penyakit tubuh, padahal sumber penyakit mental acapkali adalah pikiran, bukan tubuh. Faktor berikutnya adalah rasa tidak puas terhadap pendekatan psikodinamik yang melihat gejala atau simptom-simptom si pasien sebagai indikator dari konflik-konflik tersembunyi yang membutuhkan penyelesaian lewat analisis mendalam, dan terhadap pendekatan diagnostik (testing) yang sering memberi cap kepada pasien, tetapi tidak memberi dampak terapi apa-apa.

Untuk menggantikan pendekatan-pendekatan tradisional tersebut, pendekatan terapi tingkah-laku menganjurkan para psikolog untuk memanfaatkan segenap pengetahuan dan teori yang membentuk psikologi sebagai disiplin ilmiah dan yang hanya dikuasai para psikolog. Pada prakteknya, sasaran ini bisa dicapai dengan menekankan pada penelitian eksperimental secara per kasus (yakni pasien itu sendiri), di mana sifat sebenamya dari masalah pasien itu digali dengan penyelidikan-penyelidikan yang sistematis. Terapi tingkah-laku memperluas metode sebelumnya guna memodifikasi tingkah laku yang mal-adaptif dengan metode eksperimen terkontrol. Di AS, terapi tingkah-laku dikembangkan terutama dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip pengkondisian operan terhadap deskripsi dan kontrol tingkah-laku manusia, khususnya di tahap awal munculnya tingkah-laku psikotik yang aneh. Di Afrika Selatan, cikal bakal terapi tingkah-laku terutama muncul dari karya Wolpe (1958). Teori rintangan timbal-balik (reciprocal inhibitor) berkembang dari studi tentang neurosis hewan, yang menggarisbawahi teknik desensitisasi sistematis yang amat berhasil diterapkan untuk pengobatan fobia, dan berhasil mengangkat terapi tingkah-laku sebagai cara pendekatan baru yang signifikan untuk terapi tingkah-laku mal-adaptif.

Antara 1950 dan 1970 terapi tingkah-laku berkembang pesat, dan pencapaian-pencapaiannya ditelaah secara kritis pada tiga publikasi yang terbit berbarengan (Bandura 1969; Franks 1969; Yates 1970). Kendati definisi Eysenck tentang terapi tingkah-laku sebagai upaya untuk mengubah tingkah-laku dan emosi manusia secara positif dengan hukum-hukum teori proses belajar modern (Eysenck 1964) telah diterima secara luas, Yates (1970) menekankan bahwa terapi tingkah-laku lebih luas daripada yang tergambar dari definisi Eysenck, karena pada dasamya keseluruhan ilmu pengetahuan dan teori yang membentuk psikologi tersedia bagi para ahli terapi yang menangani pasien secara langsung. Tapi bagi sementara ahli terapi, perkembangan teknik-teknik yang efektif jauh lebih penting ketimbang penggunaan teori dan metode ekperimental, kendati teknik yang paling dikenal (desensitisasi sistematisnya Wolpe) didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan teoritis yang khas. Akan tetapi, pembenaran atas suatu teknik yang berorientasi pada pendekatan tertentu sebagian dijalankan dari demonstrasi bahwa flooding, sebuah teknik yang berlawanan sekali dengan teori Wolpe, nampak sama efektifnya dengan desensitisasi sistematis dalam terapi fobia. Tidak banyak teknik baku yang tersedia, dan salah satu contoh sukses yang patut dicatat adalah metode beldan-bantalan (bell-and-pad) untuk mengobati enuresis (bedwetting). Pertumbuhan yang cepat dari terapi tingkah-laku telah mendorong penerapannya untuk rentang masalah yang lebih lebar daripada yang dicakupnya mula-mula (Yates 1981). Pada awalnya, terapi tingkah-laku terutama berurusan dengan penyelidikan individual, baik secara pribadi maupun di rumah sakit. Kini terapi ini dipakai secara luas di kalangan pekerja sosial profesional, terapi perkawinan, dalam merancang komunitas-komunitas sosial, dalam pencegahan kejahatan dan penyembuhan kaum kriminal, dan masih banyak lagi.

Pendekatan ini dimanfaatkan pula dalam pengendalian kelahiran, konsumsi energi, dan penolakan pengaturan; dan dalam upaya bantuan masyarakat kepada mereka yang kurang beruntung (misalnya dengan membujuk para orang tua berpendapatan rendah untuk membawa anaknya ke pengobatan gigi gratis). Indikasi baik dari terapi tingkah-laku yang telah berkembang luas ini dapat disimak dari edisi-edisi Joumal of Applied Behavior Analysis(1968+), Progress in Behavior Modification (1975+) dan Annual Review of Behavior Therapy (1969+). Perkembangan penting yang terjadi sejak awal 1970-an adalah adanya usaha untuk menggabungkan terapi tingkah-laku dengan psikoterapi psikodinamik. Namun Yates (1970) berpendapat bahwa ada perbedaan yang amat mendasar di antara kedua pendekatan ini, dan hal itu ditunjuk-kannya dalam teorinya tentang asal-usul dan perawatan keabnormalan tingkah-laku sehingga tidak mungkin direkonsiliasikan dan diintegrasikan. Akan tetapi gerakan-gerakan itu telah dimulai sejak 1966 dan mencapai perkembangan yang lumayan pada 1980 (Yates 1983). Kekuatan gerakan ini ditandai dengan pemunculannya pada sebuah simposium tentang terapi tingkah-laku (1982 13: artikel-artikel oleh Kendall, Goldfried, Wachtel, dan Garfield). Kendati diakui bahwa ada dasar yang kuat untuk melakuan rekonsiliasi dan integrasi, namun kesulitan yang mendasar tetap ada, yakni perihal hubungan antara teori clan terapi yang membuat sulitnya, atau tidak mungkinnya, menyepakati terapi mana yang tepat untuk mengatasi gangguan seperti enuresis dan stuttering (gagap); sehingga lebih tidak mung-kin lagi untuk mencapai integrasi dalam hal gang-guan-gangguan yang lebih kompleks seperti kecemasan (Yates 1983). Terapi tingkah-laku telah menjadi bahan pendekatan berkenaan dengan kegunaannya untuk menjelaskan dan melakukan perawatan atas gang-guan tingkah-laku selama paruh kedua abad duapuluh ini, sebagaimana yang terjadi terhadap psikoanalisis pada paruh pertama.

Tampaknya tidak diragukan lagi bahwa terapi ini telah mengubah secara mendasar dan melenyapkan sama sekali kerangka lama dalam memandang masalah gangguan tingkah-laku. Kelebihannya yang terbesar barangkali adalah keterbukaannya dan keluasan kapasitasnya untuk berubah dan dikoreksi dengan bukti-bukti empiris. Tampaknya terapi ini tidak bakal mengalami keusangan sebagaimana pendekatan-pendekatan lama, yang terlalu dini dibekukan dalam konsepsi dan kerangka metodologi yang kelewat kaku.


tips dan cara terapi tingkah-laku yang efektif (theraphy)

Title Post:
Rating: 100% based on 99998 ratings. 99 user reviews.
Author:

Terimakasih sudah berkunjung di blog SELAPUTS, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

  © Blogger template Noblarum by Ourblogtemplates.com 2021

Back to TOP  

submit to reddit