Angka ini bisa menjadi begitu tinggi karena membanjirnya
produk Korsel di seluruh dunia. Dari barang elektronik hingga produk budaya
seperti film dan musik, kini menjadi tren dunia baru. Namun, semuanya itu
tentunya tidak diraih dalam sekejap, butuh proses panjang dan pendidikan
berlapis dari setiap warga negaranya. Kita mungkin bisa mengikuti budaya mereka
dalam bekerja. Berikut ini sikap orang Korsel yang bisa dicontoh.
Orang Korsel terbiasa melakukan banyak pekerjaan dalam satu
hari. Karena itu, semuanya harus dilakukan dengan cepat karena masih ada
pekerjaan lainnya. Justru ini berbanding terbalik dengan orang Indonesia.
Kebanyakan dari kita masih memegang teguh prinsip, "Masih ada hari
esok." Hal ini membuat kecepatan bekerja melambat, akhirnya kerjaan
menumpuk. Orang Korsel memiliki semangat Bbalri-bbalri
atau cepat- cepat untuk segera menyelesaikan pekerjaan mereka.
Selain itu, orang Korsel terbiasa fokus dalam bekerja. Bila
datang waktu kerja, mereka akan melakukannya dengan totalitas tinggi. Sedangkan
saat waktu libur, mereka akan memanfaatkan libur itu dengan sungguh- sungguh.
Hal ini untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Liburan
juga penting untuk memulihkan kembali semangat dan gairah bekerja. Orang Korsel
terbiasa bekerja 14-18 jam sehari, 94-126 jam seminggu. Hal ini tidak masalah
karena bagi mereka waktu tidak hanya uang atau emas, tetapi juga kehidupan itu
sendiri.
Totalitas bekerja pun pada akhirnya terlihat pada produknya.
Sebut saja ponsel merek Samsung yang kini bersaing ketat dengan Apple. Belum
lagi sinetron Korea yang memiliki kekuatan cerita yang menarik. Bandingkan
dengan sinetron Indonesia, Anda sendiri dapat menjawabnya.
Orang Korsel juga terkenal dengan disiplin tinggi sama
seperti orang Jepang. Salah satu disiplin yang ditanamkan adalah dalam
pendidikan. Tahukah Anda kalau Korsel adalah negara dengan populasi penduduk
bergelar doktor dan profesor tertinggi di dunia? Hasilnya, pendidikan mereka
bisa maju pesat. Mereka percaya pendidikan adalah dasar dari kemajuan sebuah
bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.