Tujuan
pembinaan kesenian dalam keluarga dan di sekolah pertama sekali bukan untuk
menciptakan atau menyulap anak menjadi seniman ulung. Orangtua dan guru cukup
saja membangkitkan minat anak terhadap seni dan kemampuan untuk menghargai dan
menikmati karya seni. Karya seni harus dirasakan oleh anak sebagai suat u nilai
yang melengkapi kehidupannya di samping ilmu dan agama. Untuk
dapat mencapai taraf apresiasi yang memadai, anak didik perlu mengetahui empat
faktor penting dalam suatu tindakan apresiasi seni, yaitu :
karya
seni itu sendiri : misalnya lagu, patung dan seterusnya, seniman
yang menciptakan karya seni misalnya J.S. Bach atau Affandi, anak didik sebagai subyek penikmat seni, fungsi
karya sastra, misalnya untuk mengubah masyarakat.
Pendekatan apresiatif yang menitikberatkan karya itu
sendiri disebut sebagai pendekatan
obyektif.Karya seni didekati sebagai sesuatu yang otonom,
berdiri sendiri. Anak langsung saja membaca karya sastra atau memandang
lukisan. Anak dibiasakan dengan mendengar lagu-lagu entah klasik atau moderen.
Sambil menikmati karya seni, secara keseluruhan, anak dibina perlahan-lahan
untuk menguraikan bagian-bagian yang membuat karya seni menjadi indah secara
keseluruhan. Karya seni dinilai dengan ukuran yang ada dalam karya itu sendiri,
misalnya dalam musik : melodi, harmoni dan irama. Untuk
menikmati sebuah karya seni dengan memadai kepada anak perlu juga dijelaskan
latar belakang seniman sebagai pencipta. Pendekatan ini disebut sebagai
pendekatan. Anak mengetahui latar belakang kehidupan sosial dari seniman,
pendidikannya dan riwayat hidupnya. Anak didik sebagai penikmat karya seni merupakan pusat perhatian utama
dalam apresiasi seni. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan pragmatik.Latar belakang sosial dan pendidikan akan
sangat berperanan dalam apresiasi karya seni.
Dengan menikmati karya seni anak pun dapat dibina
untuk melihat apa fungsi dan manfaat karya seni bagi perubahan masyarakat.
Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan Karya seni mencerminkan kenyataan
masyarakat dan mengharapkan agar setelah menikmati karya seni, anak dapat
melihat peluang untuk merubah masyarakat dari yang kurang baik menjadi lebih
baik lagi.
Sebaiknya empat cara ini (obyektif, ekspresif, mimetik dan pragmatik) dipakai secara
integral dalam menikmati karya seni. Dalam bimbingan apresiasi seni sebaiknya
dikurangi penjelasan teori dan lebih banyak mencemplungkan anak langsung dalam
karya seni. Dengan demikian anak menjadi terbiasa akrab dengan karya seni.
Teori hanya bersifat sebagai penunjang. Tugas orangtua dan guru dalam apresiasi
seni:
-
Berilah
contoh apresiasi dengan jelas kepada anak dan siswa bagaimana mestinya.
-
Jelaskan
kepada anak apa akibat kekeliruan-kekeliruan dilihat dari teknik apresiasi.
-
Anjurkan
kepada anak dan siswa supaya membiasakan diri untuk terus menerus melancarkan
kritik terhadap diri sendiri.
Berikan kepada anak dan siswa tugas-tugas apresiasi yang tepat sesuai
usia, pengetahuan dan kecakapannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.